Mengenal Beberapa Jenis Terapi Intervensi Perifer pada Pasien PAP

Mengenal Beberapa Jenis Terapi Intervensi Perifer pada Pasien PAP

 

Peningkatan kasus penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 atau DMT2 yang terjadi di Indonesia rupanya juga membawa pengaruh pada meningkatnya kasus penyakit degeneratif lainnya. DMT2 sendiri memang masuk dalam kategori penyakit yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik itu makrovaskular maupun mikrovaskular.

Pada kasus komplikasi mikrovaskular organ yang menjadi sasaran utamanya adalah mata dan ginjal. Sedangkan pada area pembuluh darah jantung, pembuluh darah tungkai bawah serta otak ini merupakan bagian dari komplikasi makrovaskular.

Kasus yang cukup banyak ditemui di Indonesia akibat komplikasi makrovaskular DMT2 ini adalah penyakit arteri perifer atau PAP. Umumnya penyakit ini menyerang pada bagian ekstremitas atau bagian tungkai kaki.

Sekilas Mengenai Penyakit Arteri Perifer

Penyakit arteri perifer (PAP) terjadi ketika ada penyumbatan pembuluh darah arteri khususnya pada arteri yang bertugas mengirim pasokan darah ke kaki. Penyumbatan ini dipicu oleh kolesterol serta atheroma yang menyebabkan timbulnya timbunan lemak pada dinding-dinding arteri. Efeknya kaki akan kekurangan pasokan nutrisi dan darah, sehingga akan sering  merasa nyeri ketika sedang digunakan untuk berjalan.

Ada beberapa faktor yang menjadi risiko terjadinya PAP pada tubuh seseorang, seperti misalnya merokok, Aterosklerosis karena pengaruh usia, diabetes Mellitus, dislipidemia, serta hipertensi.

Gejala yang ditimbulkan pada masing-masing penderita PAP bisa jadi berbeda. Beberapa orang akan menunjukkan gejala klaudikasio. Yaitu awalnya akan merasa nyeri atau kram ringan, namun akan menjadi semakin parah ketika sedang beraktivitas misalnya berolahraga. Ada juga orang yang justru asimtomatik, yaitu tidak menunjukkan gejala apapun meskipun sebenarnya dirinya telah terkena PAP tersebut.

Untuk mendiagnosis penyakit arteri perifer ini biasanya dokter akan melakukan beberapa tes. Seperti misalnya Duplex Ultrasonografi (USG), Angiografi Perifer, Ankle Brachial Index dan CT Angiografi (CT scan). Pemeriksaan Ankle Brachial Index atau ABI paling direkomendasikan karena biayanya yang lebih murah, noninvasif dan reliable.

Berbagai Tindakan Terapi Intervensi Perifer

Untuk menangani penyakit arteri perifer ini dokter akan memberikan tindakan medis yang beragam, salah satunya adalah terapi intervensi perifer. Adapun beberapa kemungkinan terapi intervensi perifer yang bisa dilakukan dokter adalah sebagai berikut:

  • Terapi intervensi fisik atau exercise. Terapi ini dilakukan sekitar 6 – 12 bulan dengan cara melakukan latihan fisik yang terkontrol.
  • Terapi farmakologi, adalah dengan cara memberikan beberapa jenis obat mulai dari ticlopidine, cilostazol, aspirin, pentoxifylline dan clopidogrel.
  • Terapi trombolik, yaitu dengan menyuntikkan obat khusus yang berfungsi untuk melarutkan gumpalan darah. Penyuntikan dilakukan pada area pembuluh darah yang menyempit.
  • Terapi intervensi perifer angioplasty, yaitu dengan cara memasang kateter berupa selang yang tipis dan lembut agar dokter bisa memasukkan stent pada area pembuluh darah yang tersumbat.

Tindakan terapi intervensi perifer ini umumnya dilakukan agar pasien tidak perlu melakukan tindakan bedah atau operasi, sehingga dapat meminimalisir risiko, biaya dan juga trauma.

Baca Juga : Mengenal Peran Dokter Spesialis jantung

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.